Di
saat negera sedang dalam kondisi yang tidak menentu. Masyarakat kita justru
hidup foya-foya dengan kemewahan fasilitas yang serba canggih. Ironisnya, semua
barang itu belum tentu dibeli dari uang sendiri. Sebagaian para pemegang
kekuasaan memakain kendaraan dan fasilitas dari uang korupsi, sedangkan rakyat
kecil bergaya hidup mewah dari uang hutangan atau dari sesuatu yang tidak
jelas.
Sikap
seperti inilah yang oleh para ahli disebut sebagai gaya hidup Hedonis. Sebuah
paham yang mementingkan kenikmatan sesaat. Bagi manusia modern sekarang
kebahagiaan dianggap dapat dipenuhi dengan fasilitas yang serba mewah. Walhasil
budaya hedonis ini menjadi sebuah paham yang digabungkan dengan gaya hidup
materialis. Karena dengan diyakininya bahwa kebahagiaan hanya diukur dengan
materi, akan melahirkan kondisi ketidakpercayaan terhadap sesuatu yang
immateri, Tuhan.
Gejala
inipun nampaknya sudah sangat jelas ada di lingkungan kita. Orang sekarang
lebih mementingkan kebutuhan yang berupa materi daripada kebutuhan spiritual.
Uang dianggap segala-galanya dalam kehidupan. Alhasil, manusia bersikap serakah
dan rakus terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan materi. Paham ini
menjadikan manusia tidak pernah merasa puas, karena memang kodrat manusia akan
selalu haus terhadap benda-benda duniawi.
Sikap
hedonis dan materialis ini menjadi sebuah paham yang sangat merugikan bagi
generasi bangsa ini. Masyarakat kita lebih banyak menghabiskan uang untuk
aktivitas yang tidak jelas atau serba hiburan semata. Pertimbangan penting
tidaknya suatu aktvitas bukan lagi prioritas, tetapi yang lebih penting dapat
melahirkan kebahagiaan sesaat. Lihatlah bagaimana orang berlomba-lomba dengan
kemewahan; rumah, kendaraan, handphone, dan fasilitas mewah lainnya. Semua itu
sering bukan berdasar kebutuhan semata, tetapi titik tekannya lebih pada nilai
prestis atau kebanggaan semata. Alhasil, bagi yang tidak mampu akan tergoda
melakukan segala cara untuk mengikuti trend masyarakat ini.
Dr.
Emmanuel Subangun (2004:96) menyebutkan bahwa gaya hidup seperti ini merupakan
sebuah ilusi. Ilusi yang memberi kebahagiaan semu. Kebahagiaan dalam mimpi yang
akhirnya akan mengecewakan kita sendiri. Karena tanpa kita sadari, biaya hidup
kita terlalu besar yang terbuang percuma. Subangun menegaskan tindakan ini
sebagai sesuatu yang mematikan. Bagaimana tidak, barang-barang mewah yang
dinikmati oleh masyarakat kita adalah barang import. Itu sebabnya semua
pengeluaran yang kita belanjakan bukan untuk kemajuan bangsa sendiri, tetapi
untuk bangsa lain yang secara ekonomi, sosial, politik telah menjajah kita.
Itulah kebodohan yang paling mendalam di dalam diri masyarakat di bangsa kita
ini.
Sikap
hedonis dan materialis juga telah menciptakan kompetisi yang tidak sehat
antarmanusia. Adanya sikap seperti ini melahirkan kesenjangan social yang tidak
sehat. Di sisi lain ada golongan yang penuh kemewahan sedangkan yang lain hidup
dalam keterbatasan. Kondisi ini sering menimbulkan gesekan-gesekan psikologis
yang secara tidak sadar telah melahirkan tekanan mental bagi segolongan orang
di negeri ini. Lahirnya kebrutalan remaja atau pun anarkhisme di dalam
masyarakat kita sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi yang tidak sehat ini.
Bangsa
timur (termasuk Indonesia) adalah bangsa yang terkenal dengan kepritahinan dan
kesederhanaan. Itu sebabnya perlu adanya penyadaran kembali akan karakteristik
bangsa yang terpuji itu. Karena lama-kelamaan bangsa ini akan hancur
berkeping-keping karena sikap masyarakatnya sendiri yang tidak mendukung
pembangunan di negeri ini. Orientasi kemewahaan saat ini akan sangat
berpengaruh pada gaya hidup generasi penerus bahkan para pemimpin di negeri
ini. Jangan sampai negeri yang sudah bergelimang hutang ini, bergaya hidup
mewah dengan hutang-hutang yang lain. Jika ini dilakukan tentu akan sangat
membahayakan eksistensi bangsa dan Negara ini. Wa Allah A’lam.
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/08/gaya-hidup-hedonis-dan-materialis-pemusnah-bangsa/http://muntheanggi23.blogspot.com/2012/10/artikel-ilmu-sosial-dasar-minggu-ke-1.html
betul kawan, orang Indonesia harus introfeksi akan perilakunya selama ini. jangan-jangan kita telah begitu jauh terjebak faham materialisme dan hedonisme. kita harus kembali ke ajaran yang luhur yang tidak materialis dan hedonis
BalasHapus